Sabtu, 27 Agustus 2011

Untukmu sang Penyemangat

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Salam hangat untukmu yang selalu disayangi oleh Rabbnya.  Apa kabarnya dirimu wahai penyemangat? Sudah lama aku tak mendengar kabarmu lagi, ada rasa rindu tapi tak ingin jumpa. Akan aku sampaikan rinduku pada Sang maha Pemilik Hati ini, semoga Cinta-Nya selalu menaungimu, kasih sayang-Nya terlimpahkan padamu. Wahai sang penyemangat, ada banyak hal yang kau tidak tahu tentang dirinya, yang sekarang mulai mendambakan mu, mulai bisa menerima dirimu. Tapi, entah apa yang selalu membuat dia merasa sedih ataupun merasa sakit saat mendengar namamu, saat mengingat bayang wajahmu. Hey, sihir apa yang kau gunakan. Seseorang yang sangat membencimu kini kian lama kian mengagumi juga. Maaf atas kelancangan diri ini berkata seperti ini. Sebenarnya bukan ini yang hendak aku ceritakan padamu sekarang. Melainkan yang ingin ku ceritakan tentang perasaanku padamu, kini kian lama perasaanku padamu kian luntur. Entah karena semakin hari semakin aku bisa mengendalikan hati ini, semakin hari aku berlatih utnuk tidak terus memikirkanmu, semakin hari aku selalu memberikan sugesti pada diri ini agar tidak disibukkan dengan perkara tentangmu. Tapi, tetap saja Allah mengujiku dengan datangnya dirimu, hadirnya dirimu dalam bayangan ini. Tapi bagiku semua itu bisa aku jadikan sebuah pelajaran semakin aku mengingatmu semakin aku mengingat Allah, semakin aku rindu dirimu semakin aku merindukan Allah, saat aku ingat dirimu aku takut Allah cemburu, saat aku rindu dirimu aku takut Allah meninggalkanku. Tapi keyakinanku semakin kuat bahwa Allah tidak akan membiarkan hambaNya sendirian, Allah tidak akan membiarkan hambaNya menangis.
Aku sempat bertanya-tanya, mengapa Allah menciptakan makhluk sepertimu? ^_^ kalau dilihat-lihat kau tak setampan romeo, kau juga tak seberani superman, kau tak sejantan gatot kaca. Tapi, ada sesuatu hal yang membuatmu berbeda diantara mereka bertiga. “senyummu”. Maaf bukan karena aku menggodamu dengan pujian seperti ini, tapi sungguh senyumanmu memiliki sejuta pesona, sampai aku iri ingin memiliki senyuman itu. Aku tak peduli pandangan orang tentangku, karena menilai mu seperti ini. Aku ingin memiliki senyuman itu. Hanya itu yang aku inginkan darimu.
Wahai sang penyemangat.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa setiap hamba-Nya. Aku menghargaimu yang ingin menutup diri dari beberapa permata-permata Allah di dunia. Jika itu memang yang terbaik dan tepat untuk kau jalani. Tapi, satu hal yang ingin aku katakan jangan sekali-kali berlaku kasar, lemah lembutlah karena permata-permata itu bukanlah batu yang sangat keras. Janganlah kau lukai mereka dengan caramu yang seenaknya. Berpikirlah sejenak untuk memilih sikap, jangan membuat banyak orang benci padamu lagi. Bagaimana caranya agar kau tahu itu? Aku pun tak tahu.
Aku selalu berharap Allah yang akan menyampaikan pesanku ini padamu. Lewat semilir angin yang sejuk, lewat aliran sungai yang jernih, lewat merdunya lantunan asma Allah. aku harap Allah yang menyampaikan pesanku ini. Aku titipkan surat ini pada Allah untukmu wahai sang penyemangat.
Entah mengapa aku merasa, aku memiliki perhatian lebih padamu. Tapi, setiap kali aku mengenangmu aku merasa aku .........................
Entahlah...........
Aku belum bisa menutup rapat-rapat kunci ini, masih saja tetap ada yang bolong. Maafkan aku.

Wassalamu’alaikum...

Tidak ada komentar: