Selasa, 12 Mei 2015

Ceritakan!!

Lantunan ayat-ayat cinta yang syahdu, terdengar sangat tenang dan nyaman. Inilah negeri dimana setiap ummat muslim mendambakannya untuk injakkan kaki disini. Entah untuk kebahagiaan semata atau pun untuk mendapatkan keberkahan yang luar biasa. Atau bentuk rasa syukur akan segala nikmat yang Dia berikan, atau bentuk rasa membutuhkan pertolongan akan beban keduniawian untuk diberikan kesabaran. Untuk diberikan rezeki yang cukup atau untuk mendapat rahmat yang luar biasa. Semua dapat memiliki potensi untuk datang kemari, entah bagaimana caranya. Ada yang sengaja menabung, menyisihkan hasil kerja ataupun uang saku untuk bekal pergi kesini. Ada yang mendapat secara gratis dibiayai oleh ummat yang beruntung lainnya. Hanya tangan-tangan Allah yang bekerja dan hanya kehendak Allah pula-lah semuanya terjadi.

Aku berada disini, merupakan sebuah keberkahan yang sangat luar biasa. Namun ada rasa yang berbeda, setiap tingkah ku yang kumiliki memang nampak disini. Bagaimana seseorang berbuat baik pada orang lain maka kebaikan itu akan kembali pada dirinya, begitu pula sebaliknya seseorang berbuat jahat pada orang lain maka kejahatan itu akan kembali pada dirinya sendiri.

Momen yang takkan pernah ku lupakan, saat aku berada di sebuah negara yang tenang. Disanalah ku dapati bangunan yang megah, artefak yang laur biasa dan bangungan yang sederhana tanpa terlihat sebuah keangkuhan didalamnya. Semua tampak natural dan meneduhkan. Disanalah kuba berwarna hijau terlihat begitu bercahaya. Dibawahnya terdapat bangunan yang sederhana. Terdapat tempat peristirahatan yang baik. Disanalah Kekasih Allah berada.

Hari itu aku hendak untuk berziarah ke makam Kekasih Allah, setiap muslimah pergi berbondong-bondong sesuai dengan suku masing-masing. Aku berada di rombongan suku Asia. Semua negara sesama muslim tumpah ruah disini. Menyaksikan betapa indahnya islam yang kami anut saat ini. Sayang sekali jika kita rela melepasnya hanya untuk urusan dunia yang hanya sementara. Negeri akhirat memang negeri yang sangat dirindukan. Negeri akhirat memang sebuah negeri setelah negeri duniawi yang akan berakhir cepat atau lambat. Biarlah Allah yang miliki kehendak-Nya.

Pagi itu sebelum shalat jum'at, aku sudah berada di beranda bangunan itu hendak menunggu giliran untuk memasuki bangunan itu. Bangunan tempat Kekasih Allah berada, berbaring, beristirahat dengan tenang. Disinilah kami belajar untuk bersabar, bersabar menunggu pertemuan dengan makam Kekasih Allah. Setelah beberapa menit menunggu di baris terakhir, menit kemudian kami maju lebih dekat dengan beranda. selang beberapa menit lagi kami maju beberapa langkah tepat di muka beranda. Hati ini bergetar saat beberapa detik lagi akan memasuki bangunan itu.

Saat waktu yang tepat segerombolan muslimah masuk kedalam bangunan itu dan hendak berpijak di sebuah karpet berwarna hijau untuk melaksanakan shalat mutlak. Dengan kondisi yang sangat berdesak-desakan, disanalah kami sebagai sesama harus saling menghormati, tak ada acara dorong mendorong, terinjak atau menginjak. Namun itu semua tak bisa dihindari. Saat hendak melaksanakan shalat kami satu rombongan beramal jama'i, bersama-sama saling melindungi. Satu sama lain saling melindungi saudaranya yang sedang melakukan shalat, setelah selesai maka bergantian dengan yang belum melaksanakan.

Perasaan yang sangat luar biasa, saat aku hendak melaksanakan shalat. Ada kekuatan yang sangat luar biasa menarikku untuk bangkit. Namun air mata ini tak dapat terbendung. Saat rakaat pertama nafas ini mulai terengah karena harus beradu badan dengan lainnya. Namun ku pertahankan takbiratul ikhramku. Rakaat kedua, tempat sujudku perlahan semakin lapang, seakan Allah lapangkan segalanya. Setelah salam di shalat mutlak. Aku bangkit kembali hendak melaksanakan shalat dhuha empat rakaat. Dalam shalat itulah, air mataku mengalir deras, kalimat alfathihah yang terucap terbata-bata, tak mampu menahan isak tasngis itu, saat sujud yang tersirat hanyalah pengharapan doa, semoaga Allah mengampuni setiap dosa yang diperbuat, saat itulah aku begitu merasakan sujud yang tenang sepanjang hayat, padahal saat itu kondisi sangat ramai sekali. Sempat tak khusyuk dengan shalat yang aku laksanakan karena isak tangis banyak orang disana sedikit membuatku merasa tak dapat mengontrol diri jua. Yang aku rasakan sebuah kerinduan yang begitu mendalam. Sungguh dalam.

##
Waktu pun berlalu begitu cepat, rombonganku harus segera berangkat dari tempat itu, karena kita pun harus memberikan kesempatan untuk muslimah lainnya, agar dapat merasakan kenikmatan yang kami rasakan saat itu.

Terkadang apa yang ku katakan tak sesuai dengan apa yang ku lakukan. Mintalah pengampunana pada Allah. Allahu ghofur.