“ aku lebih menyukai orang yang mengakui
kesalahannya dan meminta maaf, bukan orang yang selalu merasa bersalah dan
lekas berputus asa” ucap kakak dengan tegas.
Aku hanya bisa menunduk dan bermuka
masam, seakan kalimat itu ditujukkan pada ku, tapi aku tak merasa selalu
bersalah apalagi berputus asa. Berjuta-juta bahkan bertriliun-triliun kali aku
memilih bersikap seperti itu. Beliau menippukan kedua telapak tangannya ke
kepalaku seakan sedang memberikan jampe-jampe, tangannya yang hangat begitu
berasa menyentuh ubun-ubun kepalaku. “ jangan kau berpikir sembarangan bukan
jampe-jampe yang sedang aku lakukan padamu, tapi hendak berpesan sebanyak tiga
kali, pakailah otakmu ini agar kau berguna, setiap masalah yang kau hadapi
pikirkanlah dengan kepala dingin, pesan ketiga kalinya biarkanlah otakmu
berpikir positif” ucapnya sambil mendorong-dorong kepalaku dan sampai akhirnya
berliau melepaskan tangannya dari kepalaku.
Aku merapihkan rambut kritingku yang
hendak dirusak oleh kakak. Tapi,, kenapa kakak tahu klo aku mengira ini
jampe-jampe. Memang orang aneh kakakku ini. Saat itu dibawah pohon rindang
lagi-lagi kakak mengulangi ulahnya lagi padaku. Ya kukira ini sebuah ceramahan
tapi tidak bagi dia. Lagi dan lagi pesan yang dia tuturkan.
“tataplah aku” ucapnya padaku, sambil
memegang erat kepalaku dan dihadapkannya wajahku dihadapan wajahnya, dan
berkata, “ apapun yang terjadi padamu, itu semua atas kehendak-Nya, buktikan bahwa
kau bukan orang yang berputus asa, kau tahu bukan bahwa Allah tidak menyukai
orang yang berputus asa. Dengar, “sungguh manusia diciptakan suka mengeluh,
apabila ia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan
(harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat, mereka
yang tetap setia melaksanakan shalatnya.” Firman Allah qur’an surat al-ma’arij
ayat 19-23. Shalatlah yang rajin,
jikalau kau ku dapati masih suka mengeluh maka shalatmu dipertanyakan. Kau
paham?”ucapnya dengan lancang. Aku mengangguk pelan.
Pak, dia menipuk kepalaku lagi. Lalu
merangkulku dan memluku dengan erat, “wahai adikku, pelukku ini takkan
selamanya aku berikan untukmu. Entah hari ini, detik ini, ataupun hari esok
apakah aku masih bisa memelukmu seperti ini. Kakak pun sepertimu seorang
manusia, memiliki kekurangan ataupun kelebihan. Ingat, perbaikilah kekuranganku
itu dan jadikan kelebihanku sebagai contoh untukmu. Aku takkan selamanya berada
disisimu. Di sini kita ditakdirkan untuk bertemu, tapi sebuah resiko diamana
ada pertemuan pasti ada perpisahan. Kau tahu bukan mengapa Allah mempertemukan
kita lekas memisahkan kita? Bukan karena Allah murka, tapi karena Allah Sayang,
karena dengan adanya perpisahan hati kita, diri kita, mulai diuji seberapa
setiakah kita terhadap cinta-Nya, seberapa berkorbankah kita terhadap diri
kita, dan sebuah harapan untuk selalu berada dijalan-Nya. Kau tahu bukan mengapa kita selalu diuji?
Beruntunglah kita selalu diuji karena dengan ujian itu maka akan mengantarkan
kita pada cinta-Nya, jikalau memang kita dapat lolos dari ujian itu. Ingat kita
diuji akan keimanan kita, bukan karena Allah kesal, tapi karena Allah selalu
memperhatikan kita. Allah takkan pernah membiarkan hamba-hamaba-Nya yang
beriman. Akan ada kasih dan sayang untuk orang-orang yang beriman. Percayalah!”
Sebuah tuturan kata yang selalu
menyejukkan, ketika aku mendengar nama-Mu. Tersebut begitu lembut, penuh kasih
dan sayangnya. Wahai Rabb, kini tak pantaskah aku berkata dimana kau berada
sekarang? Karena kini saatnya aku meyakini bahwa kau selalu ada dihati ini,
bahkan lebih dekat dari urat nadiku ini. Allau ma’i Allah maha melihat, Allahu
nadziri Allah maha mendengar, Allahu syahidi Allah maha Menyaksikan. Aku pun
yakin aku takkan pernah luput dari pandangan-Mu. Allahuakbar. Atas segala
kekuasan-Mu dan kebesaran-Mu aku tak dapat membayangkan bagaimana jadinya aku
tanpa-Mu.
Wahai Rabb, izinkan aku bertemu
dengan-Mu. Bukan seberapa nikmatnya indahnya surga-Mu, tapi betapa nikmatnya
apabila bertemu dengan-Mu. Aku tenggelam dalam lelapku.
Ku bukakan mata perlahan, dan melihat
sekitar. Kini aku tak dapati kakak lagi disampingku. Selalu saja seperti ini,
pertemuan singkat penuh makna. Tapi, aku bersyukur akan hadirmu kak, karena kau
lah yang Allah kirimkan untukku mengantarkanku pada Allah.
Selalu rindu dengan pertemuan ini,
rindu ingin bertemu.