Jumat, 22 Januari 2016

Cinta Itu Harus Ditumbuhkan (Part1)

Ayah, ibu bilaku besar nanti aku akan seperti kalian berdua, Menjadi seorang yang dewasa, harus mampu membekali diri dikala diri tak ada upaya. Namun harus selalu tegar saat masalah melanda. Jika kini ku belum mampu melengkapi dien ku, maka izinkan aku berikan penghargaan ku sebagai seorang anak yang harus bakti sampai akhir hayat. Kalian selalu berkata, "Kau masih menjadi tanggungan kami". Aku rasa aku masih menikamati berada disekitarmu. Selama Rabb belum hendaki aku dapatkannya, aku akan berusaha untuk berikan yang mampu ku untukmu. Tak terasa kini usiaku suda berkepala dua. 
Misi pendidikan formalku kini sudah selesai. Ku penuhi semua inginmu dengan segala kebutuhan yang kau berikan sampai ku dapat memiliki gelar sarjanaku. Kau selalu berkata, "Kami menyekolahkanmu untuk bekal masa depan nanti, kau harus lebih berjaya dari kami". Harapan itu yang selalu kau paparkan untukku jadikan sebuah motivasi diri. 
Kini semua terlewati terasa cepat. Tak terasa bergulir begitu cepat. Tentunya tiadalah henti pengharapanmu saat ini. Kau pun mendambakan seorang imam yang dapat membawaku kejalan Tuhannya. Yang miliki pengharapan-pengharapan laiknya dirimu untuk kesejahteraan hidupku. Semuanya untukku, segalanya tentangku. Kini kau sedang asik bercerita padaku, tentang pengharapan mu yang kesekian. Hingga buatku berpikir bagaimana caranya agar kali ini aku tak kecewakanmu. Ku berusaha setiap malam tiba, ku paksakan bangun di sepertiga malamnya untuk bermunajat pada Rabb, kelak ia kehendaki untukku seseorang yang terbaik untukku dan yang kau pun ridho dengannya. 
Kini aku berada dalam episode penantian. Ada beberapa saudaraku pun yang menawarkan untuk mencarikan, mereka berkata. Dalam hati ku berkata, "Biarlah Allah yang tahu inginku, dan ia yang berikan kebutuhanku". Sempat terngiang apakah egoku sedang berperan? 
Terlintas, tiadalah pertolongan Allah yang tak Allah perintahkan kepada hambaNya. Pertolongan Allah akan datang, bisa melalui dari siapapun. 
Wahai sang Penulis, ku yakini Kau sedang menuliskan kisah ku. Walau dalam sebuah kisah terkadang ada kisa sedih ataupun bahagia. Aku yakin Kau berikan kisahku yang terbaik. Kisah yang aku harapkan dan aku butuhkan. 
Sejarah takkan pernah menunggu kesiapanku bukan?
dengan menyebut namaMu (Allah) aku ikhlas.