Rabu, 17 April 2013

The Key of Life



Saat dua hati saling bersimpul padu, menyatu dalam naungan cinta-Nya, takkan ada yang dapat memisahkan kedua insan yang saling mencintai karena cinta-Nya selain sang Maha cinta yang berkehendak atasnya. Manusia diciptakan saling berpasangan satu sama lain, Allah tlah menggariskan akan kemana jiwa ini berlabuh, kepada siapakan jari tangan ini akan saling melengkapi rongga-rongga jari yang kosong. Bersama menciptakan generasi dalam barisan yang kokoh.
Hari itu adalah hari yang paling bersejarah bagi dua insan yang saling mencintai karena Allah. Dipertemukan dalam jalan dakwah dengan penuh cita membangun ruhiyah,jasadiyah,dan fikriyah yang sehat dan baik, bersama mencari Ridho Illahi. Terbesit dalam diri rasa iri akan keduanya. Karena keduanya begitu saling melengkapi satu sama lain. Laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik, itulah yang tercermin dari keduanya. Akan ada banyak insan yang mendambakan hal itu, tapi semuanya kembali kepada Sang Pemilik Cinta.
Seorang kawan menepuk pundakku, tanpa aku sadari dia langsung menjerat tubuhku, memelukku dengan erat, dan berbisik, “wahai sahabat tabahkanlah hatimu, ini mungkin sangat menyakitkan hatimu, dia bukanlah untukmu. Hatimu mungkin saja terluka, kecewa, dan penuh amarah akan peristiwa hari ini.”
Dengan lembut aku melepaskan pelukan kawanku itu, dan memegang erat tangannya yang lembut. Aku memadangi wajahnya lamat-lamat dan memperlihatkan senyumanku yang manis. Aku pun berkata, “Apa yang harus kau khawatirkan sahabatku? I always kind, aku selalu baik, bahkan aku akan baik-baik saja.” Dia balas memegang tanganku lebih erat dan berkata, “kau tak bisa membohongi dirimu sendiri kan? Dan mata mu takkan pernah berbohong, sebenarnya sekarang kau sedang merasakan sakit kan? Melihat dia bersama seorang perempuan di atas pelaminan sana, dan perempuan itu bukanlah dirimu tapi orang yang lain.”
Aku pun balas tersenyum dan berkata, “ sahabat apakah kau pernah mendengar sebuah kisah perempuan yang ditinggal pergi jauh selamanya oleh calon suaminya? Ada seorang gadis yang seharusnya menikah diusia muda, tapi karena dia begitu ingin mensukseskan karirnya akhirnya membuat dia mendapat suatu julukan perawan tua karena saking belum ingin menikah dan dia beranggapan bahwa pernikahannya akan mengganggu karirnya, tapi atas permintaan kedua orang tuanya dia pun berusaha mencari seseorang yang dapat menjadi pendamping hidupnya. Dan atas kehendak Allah dia pun dipertemukan dengan seorang pemuda yang sangat baik akhlaknya. Akhirnya dia pun menetapkan tanggal pernikahannya dengan pemuda itu, setelah mantap dan yakin bahwa pemuda itu yang terbaik untuknya. Gaun pengantin pun sudah rapih dan siap dipakai untuk akad nanti dan bersanding bersama di pelaminan. Tapi, Allah pun berkehendak lain, gadis itu harus diuji- diuji keimanannya, Allah pun memanggil calon suaminya itu untuk menghadap-Nya, dan pergi meninggalkan gadis itu untuk selamanya. Aku sempat berpikir dan merasakan betapa sakit hatinya, betapa tercabik-cabik hatinya, seseorang yang sudah lama dia tunggu untuk menjadi seorang imam yang membimbing dia untuk lebih baik, dan bersama-sama mencintai Allah harus pergi selamanya. Seharusnya hari itu adalah hari yang paling membahagiakan hidupnya karena sudah dapat sempurnalah ibadahnya, tapi malah duka yang didapat, akan ada rasa menyesal, kecewa, amarah mengapa semua ini terjadi. Tapi dia sedang diuji-diuji keimanannya. Selama beberapa waktu akhirnya gadis itu mulai bisa merelakan dan menerima atas kehendak yang Allah berikan. Ternyata pemuda itu bukanlah jodohnya, bukanlah seseorang yang dapat mendampingi hidupnya kelak. Dia mencoba untuk bersabar dan mensyukuri setiap apa-apa yang ditetapkan oleh Allah, dan buah kesabaran dan rasa syukur yang tiada tara, sampai akhirnya Allah mengirimkan seseorang yang dapat menyempurnakan ibadahnya, dan menjadikan dia sebagai seorang istri yang taat pada suaminya. Datanglah seorang pemuda yang gagah berani menjemput dia.
Dan sekarang bisa saja aku merasakan sakit, merasakan tercabik-cabiknya hati ini penuh amarah dan kecewa, tapi aku pun dapat pelajaran dari kisah gadis itu, dalam hati ini butuh kesabaran dan rasa syukur agar hati ini dapat ikhlas dan merelakan kepergian seseorang. Dia bukanlah untukku, dan ternyata bukan yang terbaik untukku. Allah telah berkendak lain, dan diri ini sedang diuji-diuji keimanannya. Dan sekarang aku sedang menanamkan kesabaran dan rasa syukur dalam hati ini agar aku mendapat cinta dan kasih sayang Allah, sehingga aku dapati keikhlasan dan kerelaan dalam hati.”
Sahabatku memelukku dengan erat, akupun membalas pelukkannya itu.
Sahabat kunci kehidupan didunia ini ada dua yaitu SABAR dan SYUKUR, seberapa sabarkah kita dapati ujian dari Allah dan seberapa syukurkan kita dapati nikmat dari Allah.
“Aku percaya kau akan datang menjemputku, walau aku tak tahu kapan pastinya. Karena Allah Sang Maha Tahu Segalanya.”

@dikutip dari aku untuk aku
Bee kind
1332013 8.59 pm