Senin, 26 Oktober 2015

Tak pantaskah aku Cemburu?

Mengapa kau masih menggantungkan cintamu pada seseorang?
Karena aku tak mau tahu siapa yang sebenarnya mencintaiku.
Dan karena aku tak mencari tahu untuk siapa cintaku ini?
Cinta itu fitrah, katanya ya.
Wajar saja apabila diri ini mengagumi seseorang, dan jantung ini berdebar saat di dekatnya atau sekedar mengagumi kebaikannya sehingga ada rasa ketertarikan hati pada dirinya. Tersenyum riang saat berada dengannya, begitu tenang, nyaman, serasa memiliki sahabat yang setia mendengarkan curahan hati. Bercanda tawa, riang gembira bersama saling berbagi suka dan duka. Terasa ada kecocokan dalam segala hal. Berbagi cerita tentang aku dan dia. Saling membantu dan mencoba saling mengerti satu sama lain. Adanya dia begitu membantu kala susah dan sedih, begitu menenangkan.
Saat sedang bersamanya, selalu mengingatnya, terngiang wajah dan namanya, terasa nyaman berada disampingnya, bahagia saat di dekatnya.
Ternyata kita sudah lupa, siapa yang sebenarnya mencintai. Apa pura-pura tidak tahu siapa yang sebenarnya mencintai?
Tahukah kau saat dihatimu ada tersimpan seseorang, seorang makhluk yang bertubuh sempurna tersimpan namanya, wajahnya, tingkahnya, di pikiranmu dan ada di dalam hatimu. Sesungguhnya ada yang cemburu, karena tlah terduakan oleh mu. Cintamu tlah mendua, tak lagi sepenuhnya diberikan pada-Nya.
*Cintamu bukanlah untukku dan cintaku bukanlah untukmu, insyaallah kita akan dipersatukan dalam naungan cinta-Nya, karena kita saling mencintai-Nya.
* Bukan aku yang mencintaimu tapi Dia, dan maaf aku tak pernah mencintaimu karena aku mencintai-Nya. Cukup, sebenarnya bukan aku yang mencintaimu sepenuhnya. Tapi Dia yang akan selalu ada dihatimu, bukan aku.
* Jikalau Dia mengizinkan aku akan berada di sampingmu, tapi tak usah berharap padaku, tapi berharaplah pada-Nya. Kau akan sakit jikalau terlalu berharap padaku. Aku tak ingin kau mengecewakan-Nya karena terlalu bergantung padaku.
Relakanlah, ikhlaskanlah.
Aku hanyalah titipan, yang sewaktu-waktu akan diminta kembali oleh pemiliknya.
Relakanlah, Ikhlaskanlah.

Di kutip dari aku untuk aku

Maukah kau?

Tiada masa yang dapat terlukiskan jika semuanya tak pernah dirasa maupun dijalani. Semua akan terasa berbeda bukan? Saat kau mulai berinteraksi dengan siapapun yang ada disekitarmu. Hanya saja kau belum membuka diri saja hingga kau rasakan perbedaan yang temukan sungguh menyesakkan dada. itu  masih dalam batas kewajaran karena kau baru memulai untuk mempelajarinya dan memulai untuk menjalaninya. mungkin kau akan bertanya, mengapa seperti ini? Ya memang seperti ini adanya. Kau bukanlah mereka, maka mereka pun bukanlah dirimu. Namun kini saatnya kau membuka diri , mereka memang bukanlah kau. Tapi, jika kau berkata, "Semakin aku mengenal aku maka aku akan mengenal aku diluar aku". Ya karena disini kau mulai membuka diri, untuk dapat memahami dan mengerti sikap mereka tanpa kau miliki rasa egois. Maukah kau?

Lelah yang kau rasa, kian menerpa jika diri ini membutuhkan momentum dimana raga ini dapat berbaring secara tenang. aktivitas yang dilakuakn terasa stagnan, tak ada kenaikan malah seakan merosot. Apakah yang kau butuhkan saat ini tak lain tak bukan sebuah kata kerja yakni istirahat. hilangkan rasa penat dalam jiwa dan raga. Persoalan yang datang seakan tak membutuhkan jawaban yang pasti, terkadang sulit untuk diterka jawabannya, namun terkadang tak membutuhkan jawaban. Ia hanya membutuhkan penyelesaian berupa beberapa penjelasan yang sebenarnya itulah jawabannya. Jika yang dilakukan hanya berpikir ataupun hanya merasakan tanpa ada tindakan maka akan membuat ia terluka. Jika jawaban sudah ada dalam benak ataupun pikiran maka segerakan untuk ditindak, bukan malah ebrdiam diri dengan alasan biarlah semua berlalu, apakah tanpa ada perlawanan dalam diri?
Maukah kau?

Maukah kau?
Bersyukur & Bersabar