Jumat, 12 Agustus 2011

Untukmu sang Penyemangat



Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat serta salam selalu terlimpah curahkan pada kekasihNya yang tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.

Senyum semangat untukmu selalu, apa kabarmu?
Setelah aku tutup buku itu dengan cantik dan aku simpan dalam lemari hatiku, aku kunci lemari itu rapat-rapat. Semua perasaan ku tlah aku curahkan pada buku itu, dan kini tersimpan di lemari hatiku. Tak akan ada yang dapat membukanya sebelum sang Pemilik Hati membukanya. Setiap kali aku mengingatnya aku selalu merasa bersalah. Karena aku tlah menodai hatimu yang kau jaga. Sampai aku menyadari apa yang aku lakukan adalah salah dan keliru. Tak sepantasnya perasaan ini terucap oleh lisan ini. Tak sepantasnya perasaan ini diketahui oleh semua orang. Sungguh ini sangat memalukan. Sehingga harus ada hati yang ternodai, harus ada hati yang dilukai, dan harus ada hati yang mengorbankan. Memang tak ada yang perlu disesali, tapi ini perlu direnungkan. Kesalahan yang aku perbuat, memabuat semuanya seperti ini. Jikalau aku tak membuat kesalahan ini, tak akan terjadi seperti ini.

Disaat kau sedang menjaga hatimu, aku datang tanpa diundang dan malah membuat keruh hatimu. Disaat kau menaruh hati pada seseorang, aku datang mengganggumu.
Maafkan aku yang tak bisa menjaga hatimu, maafkan aku yang selalu datang mengganggumu. Hanya maaf yang bisa ku ucap.

Entah mengapa aku begitu yakin, bahwa aku salah. Aku salah mengira perasaan ku yang selama ini aku pendam padamu. Dulu aku yang merasa terjatuh pada gejolak cinta, tapi kini ku sadari itu bukan gejolak cinta tapi itu bentuk rasa terimakasihku padamu karena tlah membuatku terus semangat, menguatkan ku saat ku terpuruk. Pernah disela waktu kau datang pada saat yang tepat, pada saat aku memohon pada Rabb untuk memberiku kekuatan semangat dan Rabb mengirimkan namamu dan tersurat beberapa kata semangat untukku. Aku rasa ini sebuah keajaiban, tapi ini adalah skenarioNya. Semuanya tampak nyata, maka semakin aku yakin Allah sayang pada ku. Kau tahu dengan hadirnya dirimu dihidupku membuatku ingin selalu dekat dengan Rabb-mu. Kini Rabb-mu tlah menjadi Rabb-ku juga. Setiap kali aku mendenagr tentangmu aku selalu mencurahkannya pada Rabb. Terkadang ada rasa kesal, tapi Rabb selalu menenangkanku dan membantuku untuk selalu berbaik sangka padamu.
Siapakah sebenarnya dirimu, wahai sang penyemangat?

Tanpa melihat dan merasakan, aku hanya bisa mendengar. Sampai aku merasa bingung dan tak tahu tentang sikapmu. Entah itu kejam, entah itu memilukan, tapi membuat telingaku tertutup, seakan tak mau mendengarnya lagi. Tapi, mengapa yang aku rasakan saat melihatmu tak seperti apa yang aku dengarkan?

Yang aku lihat tak seperti apa yang aku dengar, mengapa kau tak menunjukkan sikapmu itu padaku. Kau selalu tampak baik-baik saja, terlihat biasa saja, bahkan senyumanmu selalu saja menempel pada wajahmu. Kau memperlihatkan itu saja padaku, sampai aku merasa aku tak percaya dengan apa yang aku dengar. Ada rasa kecewa dalam hati, tapi sudahlah.

Karena kau sudah menutup buku itu, maka tak akan aku ungkit kembali. Walau terkadang Rabb-mu mengujiku dengan itu. Peristiwa ini tlah membuatku selalu dekat dengan Rabb-mu yang kini tlah menjadi Rabb-ku juga.

Kau pun juga, tutup bukunya dengan cantik masukan kedalam lemari hatimu dan kunci rapat-rapat. Jangan kau ulangi lagi sikapmu itu, karena tlah membuat luka hati seseorang yang benar-benar menyayangimu. Aku takkan mengusikmu lagi dan kau pun, aku harap tak kan ada sedikit niat mu pun untuk mengusikku.

Aku selalu berusaha untuk selalu berbaik sangka padamu, karena sedikit saja aku berburuk sangka padamu hanya akan mengotori hati ini saja dengan prasangka-prasangka burukku tentang mu. Aku selalu berharap hatimu selalu diberikan cahaya iman, tutur kata mu tak setajam duri, tingkah lakukmu tak seburuk yang aku pikirkan. Lemah lembutlah tutur katamu, tegaslah sikapmu, tapi jangan sampai kau lukai hati lagi.

Lihatlah, dengarlah, dan rasakanlah. Setiap alunan nada-nada yang indah yang selalu mengantarkan mu pada masa-masa indahmu. Jangan kau berlaku semena-mena.

Maafkan aku wahai sang penyemangat,
Terimakasih atas segalanya yang tlah kau beri untukmu, kau tularkan semangatmu dan tebarkan senyumanmu. Kau selalu membuatku yakin akan kekuatan yang aku miliki. Kau selalu menguatkanku wahai sang penyemangat.

Bukah maksudku menghardikmu, tapi ini adalah penilaian ku terhadapmu, walau ku tahu kau takkan pernah peduli pada peUntukmu sang Penyemangat

Assalamu’alaikum warohmatulloh wabarokatuh

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat serta salam selalu terlimpah curahkan pada kekasihNya yang tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.

Senyum semangat untukmu selalu, apa kabarmu?
Setelah aku tutup buku itu dengan cantik dan aku simpan dalam lemari hatiku, aku kunci lemari itu rapat-rapat. Semua perasaan ku tlah aku curahkan pada buku itu, dan kini tersimpan di lemari hatiku. Tak akan ada yang dapat membukanya sebelum sang Pemilik Hati membukanya. Setiap kali aku mengingatnya aku selalu merasa bersalah. Karena aku tlah menodai hatimu yang kau jaga. Sampai aku menyadari apa yang aku lakukan adalah salah dan keliru. Tak sepantasnya perasaan ini terucap oleh lisan ini. Tak sepantasnya perasaan ini diketahui oleh semua orang. Sungguh ini sangat memalukan. Sehingga harus ada hati yang ternodai, harus ada hati yang dilukai, dan harus ada hati yang mengorbankan. Memang tak ada yang perlu disesali, tapi ini perlu direnungkan. Kesalahan yang aku perbuat, memabuat semuanya seperti ini. Jikalau aku tak membuat kesalahan ini, tak akan terjadi seperti ini.

Disaat kau sedang menjaga hatimu, aku datang tanpa diundang dan malah membuat keruh hatimu. Disaat kau menaruh hati pada seseorang, aku datang mengganggumu.
Maafkan aku yang tak bisa menjaga hatimu, maafkan aku yang selalu datang mengganggumu. Hanya maaf yang bisa ku ucap.

Entah mengapa aku begitu yakin, bahwa aku salah. Aku salah mengira perasaan ku yang selama ini aku pendam padamu. Dulu aku yang merasa terjatuh pada gejolak cinta, tapi kini ku sadari itu bukan gejolak cinta tapi itu bentuk rasa terimakasihku padamu karena tlah membuatku terus semangat, menguatkan ku saat ku terpuruk. Pernah disela waktu kau datang pada saat yang tepat, pada saat aku memohon pada Rabb untuk memberiku kekuatan semangat dan Rabb mengirimkan namamu dan tersurat beberapa kata semangat untukku. Aku rasa ini sebuah keajaiban, tapi ini adalah skenarioNya. Semuanya tampak nyata, maka semakin aku yakin Allah sayang pada ku. Kau tahu dengan hadirnya dirimu dihidupku membuatku ingin selalu dekat dengan Rabb-mu. Kini Rabb-mu tlah menjadi Rabb-ku juga. Setiap kali aku mendenagr tentangmu aku selalu mencurahkannya pada Rabb. Terkadang ada rasa kesal, tapi Rabb selalu menenangkanku dan membantuku untuk selalu berbaik sangka padamu.
Siapakah sebenarnya dirimu, wahai sang penyemangat?

Tanpa melihat dan merasakan, aku hanya bisa mendengar. Sampai aku merasa bingung dan tak tahu tentang sikapmu. Entah itu kejam, entah itu memilukan, tapi membuat telingaku tertutup, seakan tak mau mendengarnya lagi. Tapi, mengapa yang aku rasakan saat melihatmu tak seperti apa yang aku dengarkan?

Yang aku lihat tak seperti apa yang aku dengar, mengapa kau tak menunjukkan sikapmu itu padaku. Kau selalu tampak baik-baik saja, terlihat biasa saja, bahkan senyumanmu selalu saja menempel pada wajahmu. Kau memperlihatkan itu saja padaku, sampai aku merasa aku tak percaya dengan apa yang aku dengar. Ada rasa kecewa dalam hati, tapi sudahlah.

Karena kau sudah menutup buku itu, maka tak akan aku ungkit kembali. Walau terkadang Rabb-mu mengujiku dengan itu. Peristiwa ini tlah membuatku selalu dekat dengan Rabb-mu yang kini tlah menjadi Rabb-ku juga.

Kau pun juga, tutup bukunya dengan cantik masukan kedalam lemari hatimu dan kunci rapat-rapat. Jangan kau ulangi lagi sikapmu itu, karena tlah membuat luka hati seseorang yang benar-benar menyayangimu. Aku takkan mengusikmu lagi dan kau pun, aku harap tak kan ada sedikit niat mu pun untuk mengusikku.

Aku selalu berusaha untuk selalu berbaik sangka padamu, karena sedikit saja aku berburuk sangka padamu hanya akan mengotori hati ini saja dengan prasangka-prasangka burukku tentang mu. Aku selalu berharap hatimu selalu diberikan cahaya iman, tutur kata mu tak setajam duri, tingkah lakukmu tak seburuk yang aku pikirkan. Lemah lembutlah tutur katamu, tegaslah sikapmu, tapi jangan sampai kau lukai hati lagi.

Lihatlah, dengarlah, dan rasakanlah. Setiap alunan nada-nada yang indah yang selalu mengantarkan mu pada masa-masa indahmu. Jangan kau berlaku semena-mena.

Maafkan aku wahai sang penyemangat,
Terimakasih atas segalanya yang tlah kau beri untukmu, kau tularkan semangatmu dan tebarkan senyumanmu. Kau selalu membuatku yakin akan kekuatan yang aku miliki. Kau selalu menguatkanku wahai sang penyemangat.

Bukah maksudku menghardikmu, tapi ini adalah penilaian ku terhadapmu, walau ku tahu kau takkan pernah peduli pada penilaian seorang makhluk seperti ku, tapi kau hanya menerima penilaian dari Rabb kita semua.

Terimakasih karena peristiwa ini membuatku ingin terus belajar dari pengalaman. Sampai akhirnya aku temukan pemikiran-pemikiran yang bijak dan sikap juga pribadi yang harus tetap kuat dan kokoh menjadi sebatang pohon.

Wahai sang penyemangat, tetaplah tersenyum..

 nilaian seorang makhluk seperti ku, tapi kau hanya menerima penilaian dari Rabb kita semua.

Terimakasih karena peristiwa ini membuatku ingin terus belajar dari pengalaman. Sampai akhirnya aku temukan pemikiran-pemikiran yang bijak dan sikap juga pribadi yang harus tetap kuat dan kokoh menjadi sebatang pohon.

Wahai sang penyemangat, tetaplah tersenyum..


Tidak ada komentar: